Sejarah Piano

 

Piano adalah salah satu alat musik modren yang populer. Alat musik yang satu ini digolongkan ke dalam musik perkusi, karena menghasilkan nada setelah tuts-tuts yang ada pada papan kunci piano ditekan.

Ada dua warna dalam papan piano, yaitu hitam dan putih. Jumlah tuts pada piano adalah 88 buah, dengan rincian 36 tuts hitam dan 52 tuts putih.

Sebelum piano menjadi sangat populer seperti saat ini, ternyata ada perjalanan panjang dalam proses pengembangannya.

Dalam catatan sejarah disebutkan jika perkembangan piano tidak terlepas dari keberadaan monochord, alat musik kuno yang terdiri dari senar tunggal yang direntangkan di kotak suara yang dapat digerakkan dan dapat mengubah frekuensi suara.

Kualitas suara yang dihasilkan alat musik ini maish terbatas, sehingga para musisi bereksperimen dan melakukan perbaikan pada monochord dan akhirnya menciptakan harpsichord dan dulcimer. Instrumen musik ini mengharuskan pemain untuk memukul senar dengan palu kecil untuk menghasilkan suara.

Kemudian berkembang Clavichord, instrumen senar keyboard yang dikembangkan pada akhir Abad Pertengahan, populer sepanjang era Renaisans dan instrumen pilihan selama periode komposisi musik Barok dan Klasik. Ia hanya memiliki satu senar per tuts, dan kadang-kadang, satu senar bahkan menarik tugas ganda di dua tuts.

Sedangkan tuts piano modern masing-masing menutupi sebanyak tiga senar. Akibatnya, clavichord tidak cukup keras untuk pertunjukan di atas panggung, sehingga kebanyakan digunakan sebagai alat untuk menggubah musik.

Pada 1688, seorang pengrajin Italia, Bartolomeo Cristofori, diangkat ke istana Florence oleh Pangeran Ferdinando de'Medici untuk memelihara harpsichord dan alat musik lainnya. Kemudian juga bertugas untuk menciptakan instrumen harpsichord dan clavichord untuk sang pangeran.

Pekerjaannya itu mengantarkannya pada penemuan alat musik baru yang menggunakan senar halus harpsichord untuk menciptakan nada dengan volume yang bervariasi.

Cristofori menggabungkan semua inovasinya ke dalam instrumen yang didokumentasikan sebagai "arpicimbalo," yang menampilkan palu, senar, dan keyboard ganda dan menghasilkan rentang empat oktaf. Lebih penting lagi, instrumen tersebut dapat menghasilkan suara yang cukup keras untuk pertunjukan panggung.


Ia tidak pernah menyangka instrumen ciptaannya tersebut bisa menjadi sebuah satu alat yang bernama piano.

Tali-tali halus harpsichord dibuat untuk membuat nada dengan volume yang bervariasi. Dan akhirnya, ia mampu mendesain mekanisme yang dapat mentransfer tekanan lewat sebuah alat yang bisa ditekan untuk membunyikan tali-tali halus tersebut.

Konsep piano kemudian ia matangkan pada era 1690an dan alat pertamanya diciptakan pada 1709. Ia menyebut penemuannya dengan istilah “gravecembalo col piano e forte”, sebuah tali clavichord dengan suara pelan dan keras.

Nama tersebut akhirnya disingkat menjadi pianoforte yang pada akhirnya orang-orang menyebutnya dengan sebutan paling sederhana yaitu `piano`.

Ternyata, konsep piano pada awalnya diciptakan tak hanya dari ide Cristofori. Banyak para pembuat instrumen musik berusaha untuk mencoba membuat alat dari tali harpsichord tersebut, namun pada akhirnya penemuan Cristofori dipertimbangkan menjadi sebuah piano dengan konsep termatang.

Sekitar tiga abad setelah penemuannya, hanya tiga yang diketahui bertahan. Mereka dapat ditemukan di Museo Strumenti Musicali Roma, Museum-Musikinstrumenten di Universitas Leipzig, dan Museum Seni Metropolitan (Met) di Kota New York.

Piano yang disimpan di Met adalah yang tertua dari tiga piano yang masih ada, yang berasal dari tahun 1720. Piano ini memiliki tuts yang lebih sedikit daripada piano modern, palu yang lebih berat, dan senar yang lebih tipis, sehingga menghasilkan suara yang lebih mirip dengan harpsichord tradisional daripada piano masa kini.

Sudah tahukan sejarah penemuan piano? Apakah kamu tahu cara memainkannya?